Senin, 04 Januari 2010

konstipasi

Konstipasi: persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak puas/lampiasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, perlu ekstra mengejan atau feses yang keras. Frekuensi normal BAB: 3 kali sehari sampai 3 hari

sekali. Dikatakan konstipasi bila BAB kurang dari 3 kali seminggu atau lebih dari 3 hari tidak BAB (dalam BABmengejan secara berlebih).

Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya. Konstipasi merupakan suatu keluhan, bukan panyakit. Konstipasi sulit didefinisikan secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat vairasi yang berlainan antara individu. Konstipasi sering diartikan sebagi kurangnya frekuensi buang iar besar (BAB), biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil – kecil dan keras, serta kadangkala disertai kesulitan sampai rasa sakit saat BAB.
Batasan dari konstipasi klinis yang sesungguhnya adalah ditemukannya sejumlah besar feses memenuhi ampula rektum pada colok dubur, dan atau timbunan feses pada kolon, rektum, atau keduanya yang tampak pada foto polos perut.

DIAGNOSIS
Konstipasi menurut Holson, meliputi paling sedikit 2 dari keluhan dibawah ini dan terjadi dalam waktu 3 bulan:
a. Konsistensi feses yang keras
b. Mengejan dengan keras saat BAB
c. Rasa tidak tuntas saat BAB, meliputi 25% dari keseluruhan BAB
d. Frekuensi BAB 2 kali seminggu atau kurang.

Konsistensi menurut Internasional Workshop on Constipation dapat dilihat pada tabel berikut.

Definisi Konstipasi Menurut International Workshop on constipation
Tipe 1.
Konstipasi fungsional (akibat waktu perjalanan yang lambat dari feses): Dua atau lebih dari keluhan ini ada paling sedikit dalam12 bulan:
mengejan keras 25% dari BAB
feses yang keras 25% dari BAB
rasa tidak tuntas 25% dari BAB
BAB kurang dari 2 kali per minggu

Tipe 2.
Penundaan pada muara rektum (terdapat disfungsi ano-rektal)
hambatan pada anus lebih dari 25% BAB
waktu untuk BAB lebih lama
perlu bantuan jari – jari untuk mengeluarkan feses

Foto hasil sinar-x seseorang yang sedang mengalami konstipasi atau sembelit.

Setiap tahunnya lebih dari 2,5 juta orang pergi ke dokter karena masalah konstipasi. Pengobatan konstipasi atau sembelit secara alami dapat dilakukan dengan pengubahan pola makan menjadi lebih sehat, minum air putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik, atau membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel training. Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita obstipasi, yaitu dengan mengkonsumsi obat pencahar disebut laksatif (yang terkadang menyebabkan perut terasa melilit, tinja atau feses berbentuk cair, ketergantungan pada obat pencahar, bahkan pingsan) secukupnya, penghisapan tinja atau feses dengan alat khusus, terapi serat, dan pembedahan (walaupun pilihan ini cukup jarang dilakukan).

[sunting] Penyebab

Model tinja atau feses 1 (konstipasi kronis), 2 (konstipasi sedang) dan 3 (konstipasi ringan) dari Bristol Stool Chart yang menunjukkan tingkat konstipasi atau sembelit.

Konstipasi atau sembelit adalah keluhan pada sistem pencernaan yang paling umum dan banyak ditemui di masyarakat luas termasuk di sekitar kita. Bahkan diperkirakan sekitar 80% manusia pernah mengalami konstipasi atau sembelit. Penyebab umum konstipasi atau sembelit yang berada disekitar kita antara lain karena sedang menjalankan ibadah puasa, kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi, menderita panas dalam, stres dalam pekerjaan, aktivitas yang padat, pengaruh hormon dalam tubuh, sedang dalam masa kehamilan, kelainan anatomis pada sistem pencernaan, gaya hidup yang buruk, efek samping akibat meminum obat tertentu (misalnya obat antidiare, analgesik, dan antasida), kekurangan asupan vitamin C, disebakan oleh penyakit, menahan rangsangan untuk buang air besar dalam jangka waktu yang lama dan seharusnya segera dikeluarkan dan dibuang, kekurangan makanan berserat, karena usia lanjut, dan masih banyak lainnya.

Tanda dan gejala

Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola makan, hormon,gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda yang umum ditemukan pada sebagian besar atau terkadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:

Perut terasa begah, penuh dan tidak plong, sedikit lebih panas daripada biasanya, nyeri dan mulas, membesar dan mengeras sehingga terkadang harus memakai baju yang ukurannya lebih besar untuk menutupinya.

Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan terkadang sering mengantuk.

Jantung sering berdebar-debar sehingga cepat emosi yang mengakibatkan stres sehingga rentan sakit kepala dan bahkan demam

Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi kurang percaya diri, tidak bersemangat, dan tubuh terasa terbebani yang mengakibatkan kualitas dan produktivitas kerja menurun.

Terkadang pernapasan menjadi sesak karena volume perut untuk bernapas berkurang.

Tinja atau feses lebih keras daripada biasanya, lebih panas suhunya daripada biasanya, berwarna lebih gelap daripada biasanya, lebih kering daripada biasanya, lebih berbau busuk daripada biasanya dan lebih berbentuk bulat-bulat kecil.

Pada saat buang air besar feses atau tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, tubuh berkeringat dingin, dan terkadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan dan membuang tinja (bahkan sampai mengalami ambeien atau wasir).

Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja atau feses yang kering dan keras atau karena mengalami ambeien atau wasir sehingga pada saat duduk terasa tidak nyaman.

Lebih sering buang angin atau kentut yang berbau lebih busuk daripada biasanya.

Usus kurang elastis (biasanya karena mengalami kehamilan atau usia lanjut), berbunyi saat air diserap usus, terasa seperti ada yang mengganjal, dan gerakannya lebih lambat daripada biasanya.

Menurunnya frekwensi buang air besar, dan meningkatnya waktu buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih).

Sedangkan untuk konstipasi yang kronis atau obstipasi, gejala pada penderitanya tidak terlalu berbeda hanya saja sedikit lebih parah yaitu:

Perut terlihat seperti sedang hamil dan terasa sangat mulas.

Tinja sangat keras dan berbentuk bulat-bulat kecil.

Rentan terkena ambeien karena sering mengejan.

Sering mengantuk dan terkadang tertidur.

Frekwensi buang air besar dapat mencapai berminggu-minggu.

Tubuh sering terasa panas, lemas dan berat.

Sering kurang percaya diri dan terkadang ingin menyendiri.

Tetap merasa lapar tapi ketika makan akan lebih cepat kenyang (apalagi ketika hamil perut akan terasa mulas) karena ruang dalam perut berkurang.

Mengalami sakit kepala yang hebat dan terkadang mual bahkan muntah.

Setiap saat anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan terganjal sesuatu (bahkan setelah buang air besar)

Munculnya rasa mulas dan nyeri pada perut bukan suatu tanda dan gejala, begitupula mulas dan nyeri yang tak tentu juga tidak menuju ke suatu gejala penyakit. Konstipasi atau sembelit lebih sering terjadi pada anak-anak (karena sistem pencernaan pada anak-anak belum terlalu sempurna) dan orang tua (karena kinerja sistem pencernaan pada orang tua menurun), dan lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria. Beberapa orang yang mengalami konstipasi juga dapat mengalami gangguan pada kulit misalnya berjerawat. Pada anak-anak, konstipasi dapat mengarah kepada soiling (enuresis dan encopresis).

-spesifik.
(Ilmu Penyakit Dalam, hal. 289)

PATOFISIOLOGI

Konstipasi dapat terjadi apabila salah satu atau lebih faktor yang terkait dengan faktor anatomi dan fisiologi dalam proses mekanisme berak terganggu. Gangguan dapat terjadi pada kekuatan propulsif, sensasi rektal ataupun suatu obstruksi fungsional pengeluaran (functional outlet). Konstipasi dikatakan idiopatik apabila tidak dapat dijelaskan adanya abnormalitas anatomik, fisiologik, radiologik dan histopatologik sebagai penyebabnya.

Konstipasi pada masa bayi biasanya disebabkan masalah diet atau pemberian minum. Berak yang nyeri dapat merupakan pencetus primer dari konstipasi pada awal masa anak. Pada masa bayi dan anak, konstipasi kronik dapat disebabkan lesi anatomis, masalah neurologis, disfungsi neuromuskuler otot intrinsik, obat farmakologis, faktor metabolik atau endokrin. Pada masa anak penyebab terbanyak adalah konstipasi fungsional yang biasanya berawal dari kurangnya makanan berserat, kurang minum atau kurangya aktifitas.

GEJALA KLINIK

Selain konstipasi sendiri, juga dapat ditemukan gejala klinis lain :

- anoreksia ringan

- tenesmus

- flatus berlebihan

- nyeri perut

- bercak garis darah yang menempel pada tinja sebagai akibat fisura ani

- prolaps rekti

- masa tinja pada abdomen bagian bawah

- rembesan tinja pada celana dalam (soiling)

CARA PEMERIKSAAN/DIAGNOSIS

Diagnosis konstipasi fungsional ditegakkan apabila dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium serta radiologi tidak dapat ditemukan penyebab organik dari konstipasi yang terjadi.

DIAGNOSA BANDING

- Penyakit Hirschprung

- Hipotiroid

- Ileus

PEMERIKSAAN PENUNJANG:

1.Darah perifer lengkap
2.Glukosa dan elektrolit (terutama kalium dan kalsium) darah
3.Fungsi tiroid
4.CA
5.Anuskopi (dianjurkan dilakukan secara rutin pada semua pasien dengan konstipasi untuk menemukan adalah fisura,ulkus, hemoroid, dan keganasan)
6.Foto polos perut harus dikerjakan pada pasien konsitipasi, terutam yang terjadinya akut untuk menditeksi adanya implaksi feses yang dapat menyebabkan sumbatan dan perforasi kolon. Bila diperkirakan ada sumbatan kolon, dapat dilanjutkan dengan barium enema untuk memastikan tempat dan sifat sumbatan.
7.Pemeriksaan yang intensif dikerjakan secara selektif setelah 3 – 6 bulan pengobatan konstopasi kurang berhasil dan dilakukan hanya pada pusat – pusat pengelolaan konstipasi tertentu.
a.Ujian yang dikerjakan dapat bersifat anatomis (enema, proktosigmoidoskopi, kolonskopi) atau fisiologi (waktu singgah di kolon, sinedefekografi, manometri, dan elektromiografi). Proktosigmoidoskopi biasanya dikerjakan pada konstipasi yang baru terjadi sebagai prosedur penapisan adanya keganasan kolon-rektum. Bila ada penurunan berat badan, anemia, keluarnya darah dari rektum atau adanya riwayat dengan kanker kolon perlu dikerjakan kolonoskopi.

b.Waktu persinggahan suatu bahan radio-opak di kolon dapat diikuti dengan melakukan pemeriksaan radiologis setelah menelan bahan tersebut. Bila timbunan zat ini terutama ditemukan di rektum menunjukan kegagalan fungsi ekspulsi, sedangkan bila di kolon menunjukan kelemahan yang menyeluruh.

c.Sinedefecgrafi adalah pemeriksaan radiologios daerah anorektal untuk menilai evakuasi feses secara tuntas, mengidentifikasi kelainan anorektal dan mengevaluasi kontraksi serta relaksasi otot rektum. Uji ini memakai semacam pasta yang konsistensinya mirip feses, dimasukan ke dalam rektum. Kemudian pendirita duduk pada toilet yang diletakkan dalam pesawat sinar X. penderita diminta mengenjan untuk mengeluarkan pasta tersebut. Dinilai kelainan anorektal saat proses berlangsung.

• Uji manometri dikerjakan untuk mengukur tekanan pada rektum dan saluran anus saat istirahat dan pada berbagai rangsangan untuk menilai fungsi anorektal.
• Pemeriksaan elektromiografi dapat mengukur misalnya tekanan sfingter dan fungsi saraf pudendus, adkah atrofi saraf yangdibuktiikan dengan respons sfingter yang terhambat. Pada kebanyakan kasus tidak didapatkan kelainan anatomis maupun fungsional, sehingga penyebab dari konstipasi diseut sebagai non-spesifik.

PENATALAKSANAAN

Penanganan umum :

a. Manipulasi diet

Dengan menambahkan cairan dan banyak memberikan makanan berseratt, serta dicari apakah makanan/minuman yang tlah diterima anak mengandung bahan yang dapat menimbulkan konstipasi

b. Pemberian obatan-obatan yang meliputi 3 tahapan yaitu :

- Tahap Pertama untuk meniadakan pemampatan tinja (disimpaction)

Laktulosa 5-15 ml sekali sehari atau dengan enema fosfat hipertonik 3 ml/kg, diberikan 4-6 minggu.

- Tahap kedua untuk mencegah penumpukan tinja kembali, dengan diberikan laksan yang bersifat stimulan atau osmotik seperti laktulosa. Tahap kedua ini dilakukan selama 3 bulan.

- Tahap ketiga untuk menciptakan pergerakan intestinal yang teratur, dengan toilet training. Refleks gastrokolikdiharapkan timbul bila anak didudukkan di atas jamban (toilet) selama 5-15 menit sesudah anak mendapat makanan (biasanya makanan pagi).

piasnya buang air besar, terdapat rasa sakit,

TERAPI
1.Aktivitas dan olahraga teratur
2.Asupan cairan dan serat (25 – 30 gram/hari) yang cukup
3.Latihan usus besar; penderita dianjurkan mengadakan waktu secara teratur tiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya. Dianjurkan waktu ini adalah 5 – 10 menit setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan refleks gastro-kolon untuk BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap tanda – tanda dan rangsangan untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan untuk BAB ini.
4.Jika modifikasi perilaku kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologi, dan biasanya dipakai obat – obatan golongan pencahar.
Ada 4 tipe golongan obat pencahar:
a. Memperbesar dan melunakan massa fesef anatara lain:
- cereal
- methy selulose
- psilium
a. Melunakan dan melincinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah penyerapan air.contohnya antara lain:
- Minyak kastor
- golongan docusate

a. Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain:
- sorbitol
- lactulose
- glycerin
a. Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar. Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan bahwa pencahar golongan ini bila dipakai untuk jangka panjang, dapat merusak pleksus mesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon. Contohnya
- bisakodil
- fenolptalein
5.dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak dapat diatasi dengan cara – cara tersebut diatas, mungkin dibutuhkan tindakan pembedahan. Pada umumnya, bila tidak dijumpai sumbatan karena massa atau adanya volvulus, tidak dilakukan tindakan pembedahan.

KOMPLIKASI
Sindrom delirium akut, aritmia, userasi sterkoraseus, perforasi usus, retensio urin, hidronefrosis bilateral, gagal ginjal, inkontinensia urin, inkontinensia alvi, dan volvulus daerah sigmoid akibat implaksi feses, serta prolaps rektu